Rabu, 27 Februari 2013

Jejak Kejayaan Islam di Spanyol


ImageIslam pernah mengalami kejayaan di Eropa pada abad pertama hingga abad ketujuh Hijrah atau abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Daerah yang tunduk di sebelah Timur sampai ke Parsi dan ke sebelah Barat, selain ke Afrika juga ke Konstantinopel (Turki) dan semenanjung Andalusia di Eropa atau dikenal sebagai Spanyol sekarang ini.

DI SPANYOL ada dua jejak sejarah Islam yang patut dikunjungi yakni The Alhambra, istana yang dibangun kerajaan Islam dan masjid Cordoba yang sekarang berubah menjadi gereja atau Kathedral. Kita bisa masuk ke Alhambra di Granada melalui Barcelona melewati kota Valencia dan Murcia serta keluar dari kota Madrid. Alhambra dibangun pada tahun 1842 yang sekarang menjadi lokasi kunjungan wisatawan mancanegara.

Masuk ke dalam istana peninggalan Kerajaan Islam itu bagaikan masuk ke dalam masjid. Namun sekarang fungsinya tidak lagi digunakan sebagai masjid, melainkan pengunjung cuma melihat-lihat keagungan ornamen Islam di sana. Hampir seluruh dindingnya dipenuhi tulisan kaligarfi Arab sehingga dari jauh kelihatan seperti desain batik. Istana ini cukup unik dengan arsitektur bergaya kuno yang sekarang masih terus dipelihara dengan baik. Buktinya, jalan menuju keluar dari Alhambra di bawah reruntuhan daun-daun yang menguning dari jajaran pohon rindang di sepanjang jalan.

Dari Alhambra, kita melihat peninggalan Islam masjid Cordoba (sekarang Kathedral), terletak sekira 166 km di sebelah tenggara Madrid (ibukota Spanyol) di kaki bukit Siera de Montena pada sisi barat Sungai Guadalquiver. Areal Cordoba adalah kota yang dikuasai bangsa Phoenisia dan kemudian Cartagana. Terakhir pada dua tahun sebelum masehi menjadi salah satu negara jajahan Romawi. Pada abad ke-6 Masehi, bangsa Moor yaitu kaum muslimin dari Afrika Utara menyeberang selat Gibrartal dan menguasai semenanjung Andalusia ini termasuk Cordoba.

Abdurahman I pada puncak kejayaannya (kejayaan Islam) telah mendirikan masjid Cordoba pada tahun 936 Masehi. Pada masa Raja Abdurahman III sekira 8 km dari lokasi masjid ini didirikan pusat administrasi yang dinamakan kota Medina-Azahra yang sangat indah dan mewah.

Masjid Cordoba mengalami perluasan selama beberapa orang khalifah (raja) yaitu Abdurahman II, Abdurahman III sehingga pada akhirnya luas masjid menjadi 2,4 hektar lebih. Hanya saja mihrab masjid ini tidak mengarah ke Makkah, akan tetapi mengarah ke Syria (Damaskus) yang diperkirakan arah mihrab ini hanya sekadar untuk mengenang ibu negara tempat mereka tunduk (Damaskus). Namun jika shalat, mereka tetap berkiblat ke Makkah.

Bangunan masjid ini sangat kokoh dan tahan gempa, bahkan pada gempa keras yang pernah terjadi tahun 1793 (gempa bumi Lisabon) tidak ada sedikitpun keretakan yang terjadi. Sedangkan bangunan Kathedral dalam bagian masjid ini yang didirikan pada awal abad ke-13 Masehi telah mengalami keretakan yang saat ini masih dapat terlihat. Bangunan masjid ditopang dengan ribuan tiang-tiang (kolom) yang beronamen Arab (muslim) dan ditutup dengan kubah-kubah yang menyebabkan masjid ini tidak memerlukan sound system.

Bagian dalam masjid penuh dengan ukiran-ukiran motif Arab dilengkapi dengan khat (huruf Al Quran) yang sangat indah sehingga tidak kalah indahnya dengan arsitektur masjid Nabawi di Madinah. Tiang-tiang penopang bagian masjid ini terdiri dari batu-batu granit gunung yang mengkilat dan saling memantulkan cahaya sehingga dengan cahaya matahari yang sedikitpun cukup menerangi ruangan masjid.

Pada awal abad ke-13, bangsa Moor Spanyol yang muslim tidak dapat mengatasi serbuan bangsa Eropa yang datang dari Utara (non-muslim) maka Cordoba ditaklukkan, termasuk masjid ini ikut diduduki. Kemudian beberapa tiang (kolom) dihancurkan dan di dalam bangunan masjid didirikan kathedral yang diberi nama Cathedral Mezquita. Pada beberapa dinding masjid saat ini terlihat lambang-lambang non muslim. Sampai saat ini masih berdentang lonceng gereja tiap beberapa menit sekali.

Namun tidak terlihat para pelayan berjubah seperti pakaian suster pada agama Katolik. Bahkan terkesan tempat ini lebih banyak untuk kunjungan wisawatan daripada untuk berdoa dan sembahyang. Namun beberapa kegiatan misa ritual agama Katolik tiap hari dilakukan sehingga sampai sekarang fungsi masjid ini tidak ada lagi. Untuk masuk ke masjid yang sekarang berubah menjadi gereja Katolik ini Anda harus membayar 12 euro.

Kamis, 21 Februari 2013

“MEMBANGUN SDM UNGGUL MELALUI CYBER DAKWAH”

Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPW LDII) Provinsi Jawa Barat Biro Komunikasi, Informasi dan Media (KIM) bekerjasama dengan Biro  Iptek, SDA dan Lingkungan Hidup menggelar kegiatan Workshop ICT (Information & Communication Technology) dengan tema Membangun SDM Unggul Melalui Cyber Dakwah yang diikuti oleh 60 peserta dari utusan DPD Kota/Kab seJawa Barat ditambah utusan dari pondok pesantren.
Acara dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP LDII, Prof.KH. Abdullah Syam, M.Sc, berikut kutipan lengkapnya:

SAMBUTAN KETUA UMUM DPP LDII
PADA WORKSHOP ICT DPW LDII PROV. JAWA BARAT
“MEMBANGUN SDM UNGGUL MELALUI CYBER DAKWAH” 
  Bandung, 17 Februari 2013
Assalaamu ‘alaikum wa rohmatulloohi wabarokaatuhu, Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin Asyhadu an laa ilaaha illalloohu wa asyhadu anna Muhammada ‘abduhuu wa rosuuluhu Amma ba’du:
Kepada Yth. Para Tokoh Pemerintahan, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Utusan Ormas Islam, Bapak Wanhatpus LDII, DPW LDII Jabar, DPD Kota se-Jabar, dan Panitia Penyelenggara, Bil khusus: seluruh peserta Workshop utusan dari seluruh DPD Kab/Kota se-Jabar,
Selaku Ketua Umum DPP LDII, saya menyambut gembira atas diselenggarakannya Workshop ICT DPW LDII Prov. Jabar, dengan tema “Membangun SDM Unggul Melalui Cyber Dakwah”, yang diikuti oleh utusan dari seluruh DPD Kab/Kota se-Jabar, 17 Februari 2013.

http://www.jabar.ldii.or.id/Hadlirin sekalian yang saya hormati,
Workshop ICT ini sangat penting, mengingat ICT, dalam hal ini terutama cyber internet, sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Saat ini anak-anak TK sudah mengenal smart-phone, BlackBerry, iPhone, bahkan iPad. Internet sudah menjadi
tempat untuk mencari informasi. Tidak hanya untuk pendidikan, tetapi untuk bermain.
Bermain gatrik, sondah, main bola dengan jeruk bali, congklak, benjang, dll, sudah tidak lagi dikenal. Anak-anak sekarang sudah bermain game komputer. Mereka balap mobil, balap motor, main golf, catur, kungfu, dll, semua memanfaatkan kemajuan ICT.
Taman bacaan atau perpustakaan anak-anak sudah hampir tidak dikenal. Saat ini segala
informasi, termasuk cerita dan komik, dapat diakses dengan memanfaatkan kemajuan ICT.
Ensiklopedia sudah tidak dicetak lagi. Penerbitan Kamus sudah semakin menghilang. Banyak surat-kabar bahkan majalah sudah tidak terbit lagi dalam edisi cetakan. Semua sudah berubah memanfaatkan media ICT.
Kita sebagai Lembaga Dakwah, tidak mungkin mengajak ummat untuk kembali ke zaman baheula. Kita harus menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Jika tidak demikian, Lembaga Dakwah ini akan ditinggalkan ummat.
Dengan demikian, dalam hal ini tepat sekali sabda Rosulullah Shollalloohu ‘alaihi wa salaam:
WA KHOOTIBIN NAASA BI QODRI ‘UQULIHIM
Dan berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar fikiran mereka.

Hadlirin sekalian yang saya hormati,
Sebagai Lembaga Dakwah, ada 3 sasaran utama dari penyelenggaraan workshop ICT ini.
Pertama, pengenalan dan penguasaan ICT untuk kegiatan dakwah.
Dari workshop ini diharapkan segala fitur yang tersedia di ICT bisa dikenali dan bisa dikuasai. Saya berikan contoh, ada seorang mahasiswa bidang studi agama Islam yang beberapa saat lalu masih membayar orang untuk menterjemahkan karya tulisnya kedalam Bahasa Arab. Padahal dengan ICT, dalam hitungan detik penerjemahan kedalam puluhan bahasa, termasuk Bahasa Arab, dapat dilakukan dengan gratis. Itu satu contoh kecil saja. Ada banyak sekali fitur-fitur ICT yang perlu dikenal dan dikuasai untuk kegiatan dakwah.
Kedua, pemanfaatan ICT untuk peningkatan kinerja organisasi Lembaga Dakwah.
Dari workshop ini diharapkan kinerja organisasi Lembaga Dakwah kita semakin meningkat. Tidak ada lagi keterlambatan informasi, atau bahkan ada informasi yang tidak sampai. Saya beri contoh saat ini masih ada pengurus Lembaga Dakwah yang tidak mengetahui bahwa organisasi akan mengadakan kegiatan yang cukup besar, karena ia tidak terhubung, dan tidak berusaha menghubungkan diri dengan komunitas organisasi yang sudah terhubung dengan ICT. Dalam situasi esktrim dimana hal ini menimbulkan hambatan terhadapa kelancaran roda organisasi, tentu saja ini akan dosa-mendosakan, karena bisa dinilai suatu perbuatan yang “yashudduuna ‘an sabiilillaah – mencegah terhadap kelancaran sabilillaah”.

Ketiga, pemanfaatan ICT untuk peningkatan pelayanan dakwah terhadap ummat.
Dari workshop ini diharapkan Lembaga Dakwah bisa memberikan pelayanan dakwah kepada ummat sesuai dengan kemajuan zaman. Saya berikan ilustrasi bahwa saat ini dikenal jargon “Daripada bertanya kepada Kyai Fulan, lebih baik bertanya kepada Kyai Google”. Hal itu timbul karena ketika ummat bertanya kepada Kyai Fulan, diperlukan waktu yang lama untuk memperoleh jawabannya. Sementara jika “bertanya” kepada Kyai Google, jawaban atas pertanyaan apapun bisa diperoleh dalam hitungan detik.
Untuk mencari ayat Al-Quran, Kyai Fulan dengan menggunakan kitab Fathurrohman memerlukan beberapa waktu untuk menemukan ayat tsb. Saat ini, dengan kemajuan ICT, ayat dapat ditemukan dalam hitungan detik.
Satu hal yang juga penting dan mendesak adalah saya minta kepada para peserta workshop ICT se-Jabar ini untuk segera meramaikan dan mengisi internet dengan sebanyak-banyaknya berita-berita baik tentang kegiatan LDII di daerahnya masing-masing. Saat ini, hanya dengan cara ini maka berita-berita miring tentang LDII di dunia cyber bisa dilibas dan dikalahkan.
Demikian sambutan singkat saya. Selamat mengikuti workshop ICT. Semoga Allah memberikan keamanan, keselamatan, kelancaran dan kebarokahan.
Dan dengan mengucapkan BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM, Workshop ICT DPW LDII Prov. Jabar dengan ini saya nyatakan “D-I-B-U-K-A”.
Wassalaamu ‘alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.

Rabu, 20 Februari 2013

Nadzar Abdul Muthalib

Abdul Muthalib bernadzar karena Allah Azza Wajalla ketika diperintah menggali sumur zam zam. jika telah selesai menggali sumur zam zam dengan sempurna, dan dia mempunyai sepuluh anak laki-laki maka dia akan menyembelih salah satunya karena Allah Azza Wajalla. maka Allah menambah kemulyaannya dan kemulyaan anaknya, maka dilahirkan untuknya sepuluh anak laki-laki dari enam istri yaitu : 1) Al Harits, 2) Abdullah, 3) Abu tholib, 4) Az Zubair, 5) Al Abbas, 6) Dhiror, 7) Abu Lahab, 8) Al Ghoidaq, 9) Hamzah, 10) Al Muqowwam, ketika sempurna anak laki-lakinya yang berjumlah sepuluh, dan agung kemulyaannya. dia menggali sumur zam zam dan telah sempurna baginya air minumnya maka dia mengundi anak-anaknya, siapa yang harus disembelih, maka keluarlah dalam undian itu kepada Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam.

 
Lantas berdirilah Abdul Muthalib untuk menyembelih Abdullah, putra kesayangannya, dan berdiri pula paman-paman dari pihak ibunya dari Bani Makhzum, dan pembesar-pembesar Quraisy lainnya serta orang-orang yang berpikiran cemerlang di antara mereka. mereka berkata, ”Kamu jangan menyembelih putramu itu, karena jika kamu lakukan akan menjadi kebiasaan orang-orang Arab”, dan berdiri pula anak-anaknya bersama-sama orang Quraisy tentang itu. maka berkatalah orang-orang Quraisy kepada Abdul Muthalib, ”Sesungguhnya di tanah Hijaz ada seorang dukun yang mempunyai pengikut jin, maka bertanyalah kamu kepadanya, maka kamu harus tetap di atas urusanmu. jika dukun itu menyuruhmu untuk menyembelihnya, maka sembelihlah. Dan jika dukun itu memberi jalan keluar lainnya, maka terimalah.”

Berangkatlah mereka kepada dukun Hijaz untuk menanyakannya, dan berceritalah Abdul Muthalib tentang nadzarnya. Berkatalah si dukun, ”Pulanglah kalian pada hari ini sehingga datanglah padaku jin yang mengikuti aku, maka aku akan bertanya kepadanya.” Maka pulanglah mereka semuanya hingga hari esok. Kemudian mereka berpagi-pagian datang kepada si dukun, maka berkatalah dia, ”Ya, telah datang padaku kabarnya. Berapakah denda di antara kalian?”
Mereka menjawab, ”Sepuluh onta”

Berkatalah si dukun, ”Pulanglah ke negaramu dan berkurbanlah sepuluh onta, buatlah panah undi nasib di atas onta dan di atas temanmu (Abdullah). Maka jika yang keluar itu onta, maka sembelihlah onta itu. Dan jika yang keluar undiannya itu temanmu, maka tambahlah sepuluh onta lagi kemudian buatlah panah undi nasib atas keduanya. Sehingga ridho Tuhan kalian, jika yang keluar itu onta, maka sembelihlah onta-onta itu. Maka sungguh telah ridho Tuhan kalian dan selamat teman kalian”

Maka pulanglah orang-orang Quraisy ke Mekkah, lantas Abdul Muthalib mengundi atas Abdullah dan atas sepuluh onta, ternyata undiannya yang keluar adalah Abdullah. Orang-orang Quraisy pun berkata, ”Wahai Abdul Muthalib, tambahlah untuk Tuhanmu hingga ridho”. Maka tidak henti-hentinya ditambah sepuluh onta, tetapi undian yang keluar tetap Abdullah.Orang-orang Quraisy pun berkata, ”Tambahlah untuk Tuhanmu sampai Dia ridho”. maka Abdul Muthalib terus melakukannya sampai seratus onta. Maka keluarlah undian itu atas seratus onta.Berkata orang-orang Quraisy atas Abdul Muthalib, ”Sembelihlah! sesungguhnya Tuhanmu telah ridho.”

Dia berkata,”Kalau begitu aku tidak adil kepada tuhanku sampai keluar undian tiga kali”. Maka Abdul Muthalib mengundi lagi atas Abdullah dan atas seratus onta, maka tiap-tiap diulang, ternyata yang keluar adalah onta. Ketika undian tiga kali berturut-turut keluar seratus onta, maka Abdul Muthalib menyembelih onta-onta itu di dalam jurang-jurang, di lereng-lereng, dan di puncak-puncak gunung. Tidak dihalangi daripadanya manusia, burung dan binatang-binatang buas. Maka tertarik orang-orang desa di sekitar Mekkah untuk mengambil daging-daging diyat, dan binatang-binatang pun saling berebut sisa-sisa yang masih tertinggal, sedangkan Abdul Muthalib dan anak-anaknya tidak seorang pun yang ikut memakan onta-onta yang disembelihnya sebagai diyat, dan sejak saat itulah berlaku bahwa diyat itu seratus onta. Kemudian datang Islam menetapkan bahwa diyat adalah seratus onta.

Ketika Abdul Muthalib pulang menuju rumahnya, dia bertemu dengan Wahb bin Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab yang sedang duduk di Masjidil Harom. Wahb adalah seorang bangsawan Quraisy yang paling mulia di kota Mekkah waktu itu. Maka (terjadilah kesepakatan) Wahb menikahkan putrinya yang bernama Aminah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah dari Rosulillah Sholallohu ‘alaihi Wasallam.

Di dalam riwayat lain secara ringkas diriwayatkan oleh Al Azroqi: Sehingga memungkinkan bagi Abdul Muthalib untuk menggali sumur zam zam dan sangat berat sakitnya (dalam mengerjakannya). Maka Abdul Muthalib bernadzar jika Allah memberi anak laki-laki kepadanya sepuluh orang, maka salah satunya akan disembelih. Kemudian Abdul Muthalib menikah dengan beberapa perempuan lantas dilahirkan baginya sepuluh anak laki-laki. Ketika diadakan undian maka keluarlah undiannya kepada Abdullah bin Abdul Muthalib, anak yang paling disayanginya. Maka berdoalah dia,”Ya Allah, apakah dia yang lebih Engkau senangi ataukah seratus onta?”. Kemudian Abdul Muthalib mengundi lagi antara Abdullah dan seratus onta, maka keluarlah undian atas seratus onta. Oleh sebab itu, maka Abdul Muthalib menyembelih seratus onta sebagai diyat.

Demikianlah apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidaklah akan terjadi. Allah Ta’ala telah memelihara ayah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam dari penyembelihan dan ditebus dengan seratus onta. Supaya menjadi kenyataan kehendak Allah yang akan menjadikan Abdullah bin Abdul Muthalib menjadi perantara lahirnya seorang Nabi yang mulia yaitu Nabi Muhammad Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wasallam, yang menjadi penghulu dunia dan menjadi rohmat bagi segenap alam.